Perangi Pembunuh Nomor Satu, Dosen Institut Kesehatan Helvetia Adakan Penyuluhan Deteksi Kanker Payudara

MEDAN – Kanker payudara sebagai pembunuh nomor satu perempuan di Indonesia. Dengan rata-rata angka kematian 17 per 100 ribu penduduk lahir, kanker payudara mengalahkan tingkat kematian kanker serviks.

Untuk itu, sosialisasi di masyarakat sangat penting demi menekan angka penderita kanker tersebut. Seperti penyuluhan yang dilaksanakan oleh Dosen Institut Kesehatan Helvetia Nurul Mouliza, SST., M.K.M

Acara dilaksanakan pada hari Sabtu (12/9/2020), di Klinik Ummu Humairah Br Sitepu Tanjungpura Kabupaten Langkat ini mengangkat tema “Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara dengan Pelaksanaan SADARI”.

Acara yang diketuai Nurul Mouliza, SST.,M.K.M, dengan anggota : Julina Br Sembiring, SST, M.K.es, Gorga Malogu dan Trisna Febriani diikuti oleh peserta remaja putri yang tinggal di wilayah kerja Klinik Ummu Humairah Br Sitepu Tanjungpura Kabupaten Langkat. Pengabdian pada masyarakat ini terselenggara juga berkat bantuan dari Pimpinan Klinik Ummu Humairah Br Sitepu yang bertindak selaku Koordinator Penyuluhan.

Nurul Mouliza mengatakan, kegiatan ini diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan remaja tentang SADARI. “Juga menyadarkan remaja putri bahwa pemeriksaan payudara sendiri penting untuk deteksi dini serta menurunkan angka kejadian kanker payudara,” tambahnya.

Ia juga menjelaskan, pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan merupakan hal yang sangat diharapkan, yaitu upaya peningkatan pengetahuan khususnya remaja putri.

“Banyak hal yang mereka dengar seolah hal tabu di kalangannya, sehingga merasa asing dengan pembahasan SADARI. Melakukan penyuluhan tentang upaya deteksi dini kanker payudara dengan pelaksaan SADARI sangat bermanfaat bagi mereka, karena kanker merupakan pembunuh nomor satu di dunia, termasuk kanker payudara,” ujar Nurul Mouliza.

Koordinator penyuluhan, Humairah Br Sitepu mengungkapkan, pemeriksaan payudara sendiri tidak menggunakan biaya yang mahal hanya dibutuhkan pengetahuan dan kemauan para remaja putri saja. Hal ini dilakukan dengan menggunakan tangan dan penglihatan untuk memeriksa terdapat perubahan fisik pada payudara.

“Remaja putri merupakan aset bagi masa depan, apabila mereka terdeteksi kanker akan merusak organ reproduksinya maka akan menghambat proses menyusui nantinya. Jika kanker terdeteksi lambat, maka tidak ada obat lagi yang bisa menyembuhkan penyakit ini melainkan kematian,” jelas Humairah.

Dalam kesempatan ini, para peserta yang terdiri dari remaja putri yang dikumpulkan di Klinik Ummu Humairah Br Sitepu Desa Lalang Tanjungpura mendapat pengetahuan tentang pelaksanaan SADARI.

Seorang remaja putri bernama Khairani alias Rani mengatakan, ke depannya ia akan lebih memperhatikan organ kewanitaan (payudara) dengan melakukan SADARI. (Adv/SU)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here