Gibran dan Bobby Nasution Semangat Baru Politik Anak Muda

MEDAN – Kiprah Gibran Rakabuming Raka di Solo dan Bobby Nasution di Medan, menghangatkan wajah politik di Indonesia, menyusul kesertaan mereka dalam kompetisi pemilihan kepala daerah (Pilkada) 2020.

Putra kandung dan menantu Presiden Joko Widodo itu dinilai sejumlah kalangan tak sebatas aji mumpung semata, namun juga tengah membangun dinasti politik baru.
Pengamat politik Sumatera Utara, Faisal Mahrawa tidak menampik opini publik tersebut.

Namun dosen FISIP USU itu menuturkan, kesertaan Gibran dan Bobby Nasution di kancah politik, khususnya Pilkada 2020, harus pula diapresiasi secara positif.

Pasalnya, meski relatif muda dan “bau kencur” dalam politik, Gibran dan Bobby Nasution mempunyai keberanian untuk bersaing dengan wajah-wajah lama di partai politik. Keduanya memiliki semangat positif yang bisa menjadi inspirasi anak muda masa kini.

“Bahwa majunya Gibran dan Bobby dalam Pilkada 2020 merupakan bentuk partisipasi untuk membangun demokrasi dan harus dipandang sebagai upaya positif di era anak muda, generasi milenial,” jelas Faisal.

Menurutnya, fenomema politik di kalangan milenial sudah muncul tiga tahun sebelumnya. Ini ditandai dengan hadirnya Partai Solidaritas Indonesia (PSI), yang digawangi anak-anak muda berwajah baru dalam politik tanah air.

Bahkan banyak Parpol yang memasukkan anak muda dalam jajaran pengurus, setidaknya di tingkat provinsi. Dan pada Pileg 2019, partai politik mendorong anak muda ikut dalam pertarungan pemilihan legislatif, baik tingkat kabupaten kota hingga DPR RI.

Dari fenomena itu, Faisal menilai wajar jika kemunculan sosok Gibran, Bobby Nasution dan politikus muda lainya. Sebab kaum muda muncul sebagai subjek. Mereka sudah mengambil peran, menemukan jalan sendiri untuk menunjukkan eksistensinya di tengah masyarakat. Bukan tidak mungkin, kehadiran mereka akan merubah panggung politik Indonesia kedepan lebih baik.

Bahwa kiprah Gibran dan Bobby, bisa menjadi simbol perjuangan milenial yang selama ini tidak mendapat ruang dari generasi politik sebelumnya.

“Keduanya bisa membangkitkan sisi ekonomi kreatif yang era sekarang banyak dilakoni anak-anak muda. Mereka adalah anak-anak muda idealis yang ingin perubahan, membangun kotanya, warga dan bangsa secara lebih baik,” tegas Faisal.

Namun di sisi yang lain, Faisal juga mengingatkan, sosok muda seperti Gibran, Bobby Nasution dan politikus muda yang lain, harus menjaga kepercayaan generasi milenial, jangan sampai mencederai kebangkitan semangat politik anak muda itu.

Pengamat politik Sumatera Utara Faisal Mahrawa (Dosen FISIP USU)

“Gibran dan Bobby akan terus menjadi sorotan publik, termasuk ketika keduanya gagal meraih simpati anak muda yang mereka wakili. Jika ini terjadi, apatisme politik di kalangan anak muda akan semakin mengkristal. Hati-hati, jangan sampai itu terjadi,” demikian Faisal Mahrawa.

Khusus untuk Pilkada Medan, menurut Faisal, munculnya nama Bobby Nasution bisa menjawab kebuntuan akan sosok anak muda yang akan tampil sebagai pemimpin. Apalagi dalam perjalanannya, masyarakat sudah memberikan kesempatan kepada calon dari kalangan politisi dan birokrasi namun pada akhirnya tersandung korupsi.

“Publik Medan perlu memberi kesempatan kepada anak muda untuk tampil. Karena daerah lain sudah terlebih dahulu memberi ruang pada pemimpin yang lebih muda. Ada Emil Dardak di Jawa Timur, dan Mochammad Nur Arifin di Trenggalek. Keduanya berhasil memberi warna baru dan perubahan yang lebih baik,” jelas Faisal.

“Janganlah kebencian kita terhadap suatu kaum menjadikan kita berlaku tidak adil.” tutup Faisal. (SU)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here