MANDAILING NATAL – Dalam rangka mewujudkan masyarakat Indonesia yang paham akan Literasi Digital, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mengadakan kegiatan Literasi Digital untuk mengedukasi dan mewujudkan masyarakat agar paham akan Literasi Digital lebih dalam dan menyikapi secara bijaksana dalam menggunakan digital platform di 77 Kota / Kabupaten area Sumatera II, mulai dari Aceh sampai Lampung dengan jumlah peserta sebanyak 600 orang di setiap kegiatan yang ditujukan kepada PNS, TNI / Polri, Orang Tua, Pelajar, Penggiat Usaha, Pendakwah dan sebagainya.
4 kerangka digital yang akan diberikan dalam kegiatan tersebut, antara lain Digital Skill, Digital Safety, Digital Ethic dan Digital Culture di mana masing masing kerangka mempunyai beragam tema.
Sebagai Keynote Speaker, Gubernur Provinsi Sumatera Utara Edy Rahmayadi, memberikan sambutan tujuan Literasi Digital agar masyarakat cakap dalam menggunakan teknologi digital, bermanfaat dalam membangun daerahnya masing masing oleh putra putri daerah melalui digital platform. Hal ini juga sesuai dengan arahan Presiden RI, Jokowi Widodo yang juga memberikan sambutan dalam mendukung Literasi Digital Kominfo 2021.
PIC PT Cyber Global Indonesia, Andri Priyanto, pada sesi Digital Skill, yang mengangkat tema “Mengenal Market Place Aksesibilitas Jenis Dan Fitur”, menyampaikan materi mengenai marketplace untuk menjual produk.
“Pelaku ekonomi kreatif dapat membuat strategi perencanaan bisnis di marketplace atau bisnis online sendiri, membangun citra brand, dan memenangkan persaingan bisnis. Kunci sukses dalam bisnis ialah perencanaan bisnis dan eksekusi bisnis dengan harus memiliki nilai kreatif dan inovatif, citra brand, value, dan marketing mix,” ungkap Andri, Senin, (5/7/2021).
Dilanjut dengan sesi Digital Safety, Relawan RTIK Indonesia Jumadi S.Pd membahas tema “Dunia Maya Dan Rekam Jejak Digital”.
Jumadi menjelaskan, keberadaan jejak digital, terdapat pada postingan di internet, pencarian google, data pribadi yang dipublikasikan, dan pembelian di marketplace.
“Dampak negatif dalam dunia digital ialah, pishing, pencemaran nama baik, dan mempertimbangkan pelamar kerja dari jejak dunia digital. Beberapa cara untuk merawat jejak digital seperti, tidak memposting identitas diri di media sosial, atur privasi dan keamanan di media sosial dan google, juga melakukan verifikasi dua langkah,” ujar Jumadi.
Sementara itu, pada Sesi Digital Culture, materi diisi oleh Drs Askolani sebagai seorang Budayawan Mandailing.
Dengan mengangkat tema “Literasi Digital Sebagai Sarana Meningkatkan Pengetahuan Akan Warisan Budaya”, ia membahas tentang kondisi budaya daerah dari klasifikasi aktual, terancam, dan punah.
“Globalisasi budaya, dunia ketiga bukan lagi sebatas wilayah ekspor budaya Negara maju. Teknologi digital terdapat pada film fiksi dan dokumenter, teknologi multimedia, dan website. Produk literasi Digital Budaya antara lain, naskah klasik beraksara Angkola – Mandailing dan naskah berbahasa daerah yang menggunakan bahasa latin,” ungkap Askolani.
Materi Literasi Digital selanjutnya diisi oleh Bobby Nopandry, S.Hut, MA, sebagai Founder Kayabhumi Institute dalam sesi Digital Ethics.
Dengan mengangkat tema “Etika Berjejaring: Jarimu Harimaumu”, Bobby membahas Netiquette atau Netiket.
“Netiket adalah etika internet. Prinsip Netiket ialah jadilah netizen yang bertanggung jawab, jujur pada diri sendiri, dan hindari candu internet. Menjadi agen perubahan Netiket dan tidak terbawa arus, pahami tiap orang memiliki pemahaman yang berbeda, perubahan itu suatu proses, dan mulai dari diri sendiri,” ujar Bobby
Webinar diakhiri oleh Yulie Sucita sebagai influencer dengan followers 10,7 ribu.
Yullie membahas mengenai cerdas dalam bersosial media, berpikir terlebih dahulu sebelum memposting. Yullie juga menyimpulkan marketplace aksebilitas, dengan adanya marketplace seperti, tokopedia, lazada, dan shopee, kamu dengan mudah dapat memulai bisnis dari awal.(SU/CM)
