
LABUHAN BATU SELATAN – Presiden Republik Indonesia memberikan arahan tentang pentingnya Sumber Daya Manusia yang memiliki talenta digital. Ditindak lanjuti oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika melalui Direktorat Pemberdayaan Informatika, Ditjen Aptika memiliki target hingga tahun 2024 untuk menjangkau 50 juta masyarakat agar mendapatkan literasi di bidang digital dengan secara spesifik untuk tahun 2021.
Target yang telah dicanangkan adalah 12,5 juta masyarakat dari berbagai kalangan untuk mendapatkan literasi dibidang digital. Kemkominfo melalui Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika menyelenggarakan kegiatan Webinar Indonesia Makin Cakap Digital di Wilayah Sumatera di 77 Kab/Kota dari Aceh hingga Lampung.
Dalam Literasi Digital yang digelar Kamis, (19/08/2021), sebagai Keynote Speaker adalah Gubernur Provinsi Sumatera Utara yaitu, H. Edy Rahmayadi., dan Presiden RI Jokowi memberikan sambutan pula dalam mendukung Literasi Digital Kominfo 2021.
Mandradhitya Kusuma P, M.Sc selaku Dosen STP Bandung dan Sekpro MTB STP Bandung, pada pilar Kecakapan Digital memaparkan tema “Welcoming Gen Alpha: Chance And Challenge In Digital Skills”.
Mandra menjelaskan generasi alpha tidak hanya tumbuh dengan kemudahan namun mereka juga diharapkan dapat menjadi generasi yang paling lama hidup, yang terdukung lebih baik secara material, yang terliterasi dan difasilitasi dengan teknologi, dan secara global akan menjadi generasi yang paling kaya yang pernah ada di dunia.
Alpha disajikan sebagai generasi yang sangat ditandai oleh teknologi baru dan jaringan sosial, dengan masa depan yang lebih tidak pasti dalam menghadapi perubahan politik dan ekonomi yang cepat, dan dengan tekanan untuk memimpin perang melawan perubahan iklim dan transisi ke planet yang lebih berkelanjutan.
“Solusi untuk generasi berkelanjutan, meliputi sediakan ruang mendengar untuk generasi alpha, berika kebebasan memanfaatkan teknologi dengan baik, lengkapi etika dan budi pekerti ekosistem digital, serta ubah pola pikir akan isu-isu berkelanjutan bumi,” ujarnya.
Dilanjutkan dengan pilar Keamanan Digital, oleh Mia Marcellina, S.Pd selaku Tenaga Pendidik dan Roland Internasional Artist.
Mengangkat tema “Peran Orang Tua Dalam Memberikan Tentang Keamanan Internet Untuk Anak”, Mia membahas tantangan orang tua dalam memberikan keamanan internet untuk anak, meliputi akses internet yang semakin mudah, bebas terkoneksi tanpa aturan, serta orang tua gagap teknologi.
Peran yang dapat dilakukan orang tua, antara lain memahami internet jaringan sosial media, mengarahkan penggunaan perangkat dan media digital dengan tepat, komunikasi dan edukasi, menggunakan perangkat secara bijak, serta mengimbangi waktu penggunaan media digital dengan interaksi dunia nyata.
“Tips menjaga keamanan anak di dunia maya, antara lain melindungi identitas digital anak, mengontrol dan mendampingi, memberi batasan dan mengatur frekuensi, serta tunjukan potensi kejahatan dan berbahaya di dunia maya,” ungkapnya.
Kemudian, ada pilar Budaya Digital, yang dibawakan oleh Nana Ariani, S.Si., M.Pd selaku Pengajar Praktik Guru Penggerak Kabupaten Labuhanbatu.
Memberikan materi dengan tema “Literasi Digital Bagi Tenaga Pendidik Dan Anak Didik Di Era Digital”, Nana menjelaskan pendidikan akademis dan karakter, meliputi akal budi, dimensi emosi, moral, etis, serta dimensi penghendakan atau konatif. Konsep guru penggerak, sekolah penggerak, dan organisasi penggerak, apalagi yang diseleksi, akan melahirkan kelompok elit, yang dianggap sebagai aktor utama perubahan pendidikan.
“Konsep seperti ini tidak demokratis, berdampak pada pembiaran pemberdayaan pelaku pendidikan, yang secara simultan seharusnya diintervensi oleh Kemendikbud sebagai pelaksana kebijakan. Sumber daya manusia yang unggul merupakan pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila,” jelasnya.
Pelajar Pancasila, mencakup kebhinekaan global, gotong royong, kreatif, bernalar kritis, mandiri, serta berkeTuhanan dan berakhlak mulia.
Narasumber terakhir pada pilar Etika Digital, adalah Diwana Lestari Humendru, S.Psi selaku Psikolog. Mengangkat tema “Bahaya Pornografi Bagi Perkembangan Otak Anak”, Diwana menjelaskan pornografi dapat memberi dampak langsung pada perkembangan otak anak dan remaja, yang bisa menyebabkan kerusakan otak permanen bila tidak segera diatasi.
“Terdapat dua bagian otak yang masing-masing berfungsi untuk berpikir logika atau Pre Frontal Corteks atau bagian otak depan dan emosi reaktif atau sistem limbik atau bagian tengah otak,” ucapnya.
Pada bagian Pre Frontal Corteks PFC, otak bertanggung jawab untuk mengontrol konsekuensi, tujuan masa depan, kecerdasan dan rasa peduli dengan orang lain. Bagian limbik, otak bertanggung jawab untuk melindungi dari bahaya, keinginan untuk bersenang-senang, tidak peduli dengan konsekuensi dan hanya peduli pada diri sendiri.
Dampak pornografi pada anak, antara lain dapat memicu kecanduan atau narkolema, dapat memicu kejahatan dan gangguan seksual, dapat menyebabkan gangguan kepribadian, menyebabkan kesulitan konsentrasi, dan mengalami gangguan belajar.
Cara mengatasi kecanduan pornografi pada anak, meliputi memantau aktifitas daring anak, menjelaskan apa yang boleh dilihat dan tidak boleh dilihat oleh anak, membatasi waktu pemakaian gawai, memasang filter pada gadget untuk menyaring konten yang masuk, membangun komunikasi positif dua arah, serta menjelaskan konsekuensi dari apa yang dilakukan.
Webinar diakhiri, oleh Florencia Gracella seorang Beauty Influencer. Florencia menyimpulkan hasil webinar dari tema yang sudah diangkat oleh para narasumber, berupa solusi untuk generasi berkelanjutan, meliputi sediakan ruang mendengar untuk generasi alpha, berika kebebasan memanfaatkan teknologi dengan baik, lengkapi etika dan budi pekerti ekosistem digital, serta ubah pola pikir akan isu-isu berkelanjutan bumi.
Tips menjaga keamanan anak di dunia maya, antara lain melindungi identitas digital anak, mengontrol dan mendampingi, memberi batasan dan mengatur frekuensi, serta tunjukan potensi kejahatan dan berbahaya di dunia maya.
Sumber daya manusia yang unggul merupakan pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Pelajar Pancasila, mencakup kebhinekaan global, gotong royong, kreatif, bernalar kritis, mandiri, serta berkeTuhanan dan berakhlak mulia.
Cara mengatasi kecanduan pornografi pada anak, meliputi memantau aktifitas daring anak, menjelaskan apa yang boleh dilihat dan tidak boleh dilihat oleh anak, membatasi waktu pemakaian gawai, memasang filter pada gadget untuk menyaring konten yang masuk, membangun komunikasi positif dua arah, serta menjelaskan konsekuensi dari apa yang dilakukan.(SU/CM)










