
BINJAI – Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) bekerja samadengan Forum Jurnalis Perempuan Indonesia (FJPI) Sumatera Utara menggelar Workshop Literasi Digital bertajuk GenSiBerkarya Tanpa Drama dan Trauma di SMA Negeri 6 Binjai, Kamis (9/10).
Kegiatan ini merupakan bagian dari program edukasi GenerasiTerkoneksi (GenSi) yang bertujuan meningkatkan kesadaranpelajar akan pentingnya penggunaan internet secara cerdas, aman, dan produktif.
Sekitar 80 pelajar perempuan dan anggota OSIS tampak antusiasmengikuti berbagai sesi yang diisi oleh tiga narasumber, yakniPraktisi Media Lia Anggia Nasution, Akademisi Nurleli, sertaFounder Kampung Digital Deddy Pranata.
Dalam paparannya, Akademisi Nurleli menekankan pentingnyapemahaman mengenai hak digital dan kebebasan berpendapat, khususnya bagi generasi muda yang aktif di media sosial. Iamenjelaskan bahwa hak digital mencakup privasi data pribadi, akses terhadap informasi, kebebasan berekspresi, sertakeamanan digital.
“Namun, kebebasan ini tetap memiliki batasan yang harusdipahami. Menyampaikan opini di media sosial harus tetapmemperhatikan etika dan tidak menyinggung atau menyudutkanpihak lain,” ujarnya.
Ia mencontohkan kasus pelajar yang memposting video olok-olok terhadap guru, yang meskipun tidak berujung proses hukum, tetap dinilai sebagai pelanggaran etika dan penghinaan.
Nurleli mengingatkan bahwa kebebasan berekspresi diaturdalam berbagai regulasi, seperti Pasal 28E ayat 3 UUD 1945, UU No. 9 Tahun 1998, hingga UU ITE No. 11 Tahun 2008.
“Siswa harus melek hukum dalam bermedia sosial. Tidak semuayang lucu atau viral itu layak disebarkan,” tambahnya.
Sementara itu, Praktisi Media Lia Anggia Nasution mengajakpelajar untuk mengubah pola pikir tentang teknologi. “Yang pintar itu penggunanya, bukan gadget-nya,” kata wanita yang akrab disapa Anggi ini.
Anggi yang juga mengajar di salah satu sekolah tinggi ilmukomunikasi swasta di Kota Medan ini menekankan pentingnyamengecek sumber informasi sebelum membagikannya.
Anggi juga memaparkan ciri-ciri konten palsu, seperti ajakanuntuk menyebarkan, penggunaan huruf kapital berlebih, kalimathiperbolis, informasi tanpa tanggal jelas, sumber tidak kredibel, serta link berita yang tidak sesuai dengan isi.
“Literasi digital itu penting agar kita tidak mudah terprovokasidan bisa membedakan fakta dari opini atau hoaks,” tegas wanitayang juga bekerja di Kominfo Sumut ini.
Narasumber ketiga, Deddy Pranata, mengangkat topik mengenaipenggunaan kecerdasan buatan (AI) dalam pembuatan konten. Iamenegaskan bahwa meskipun AI dapat membantu mempercepatproses kreatif, tanggung jawab moral dan etika tetap harusdijaga.
“Menjadi konten kreator itu bukan hanya soal viral, tapi juga tentang nilai, integritas, dan dampak dari konten yang kita buat,” ujar pria yang juga Fasilitator Gapura Digital Google dan Instruktur Program Kementerian Kominfo RI Digital Entrepeneur Academy (DEA).
Workshop ini menjadi bagian dari upaya kolaboratif untukmembentuk generasi muda yang tidak hanya cakap teknologi, tetapi juga bertanggung jawab secara etis dan hukum dalamdunia digital. Melalui program GenSi, IOH dan FJPI Sumutberharap literasi digital bisa ditanamkan sejak dini, terutama di kalangan pelajar. (SU/PS)










